Brother ALi Temukan Allah Dalam Hip Hop
Jika anda kebetulan bertemu
dengan seorang rapper yang ternyata Muslim, berkulit albino, dan buta,
maka itu pasti adalah Brother Ali. Musisi ini, yang kini sedang
menjalani tur nasional, memiliki sejumlah nama-nama besar dalam dunia
hip hop yang menjadi penggemarnya, termasuk Chuck D dari Public Enemy.
Album terbarunya berjudul “Us”. Dalam sebuah lagu dengan judul
yang sama, musisi ini menjelaskan awal mulanya, “I started rhyming just
to be somebody/ to make people notice me at the party” (saya mulai
melantunkan rima hanya untuk menjadi seseorang/ agar orang-orang
memperhatikan saya di dalam pesta).
Di
tahun 1980an, Brother Ali adalah seorang remaja bernama Jason Newman,
yang berhenti dari sekolah dan berkeliaran di jalanan Minneapolis Utara.
Ia mencintai energi dan kegembiraan hip hop, serta kritik-kritiknya
terhadap sistem sosial yang keras.
Rapper berbicara tentang orang-orang yang tidak pernah ia
dengar sebelumnya di sekolah atau di gereja – seperti Malcolm X dan
Louis Farrakhan.
“Remaja seperti saya dari Midwest, yang sangat tertarik pada
puisi dan orang-orang seni seperti Rakim. Membuat saya ingin tahu, apa
yang ia bicarakan?” ujar Brother Ali.
Rakim, MC besar sepanjang masa, memproduksi lagu-lagu klasik
seperti “Move the Crowd”.
“Ia mengatakan, ‘Segala pujian bagi Allah’ – itu adalah
berkah. Saya ingin tahu apa itu,” ujar Brother Ali. “Lalu ketika Chuck D
dan KRS-One mengatakan hal-hal seperti, ‘Farrakhan adalah seorang nabi,
menurutku kau harus mendengarkannya,’ itulah yang pada mulanya membuat
saya menelusuri Al Qur’an.”
Brother Ali menjadi mualaf di usia 15 tahun. Ia mengikuti Imam
W. Deen Mohammed, yang menggeser Nation of Islam dari nasionalisme
hitam ke arah identitas Muslim yang lebih konvensional dan global.
Mohammed berpikiran ke depan dan seorang juara dalam hal hubungan antar
agama.
“Ketika saya masih kecil, ada sekelompok orang yang dikirim ke
Malaysia untuk mempelajari cara masyarakat Islam hidup berdampingan
dengan damai dengan agama-agama lain,” ujar Brother Ali. “Saya adalah
salah satu orang yang dikirim ke sana untuk belajar.”
Hip hop dan Islam cenderung untuk terjebak dalam
kesalahpahaman yang sama, ujarnya – bahwa keduanya dituding bersifat
penuh kekerasan, tidak menghormati wanita, dan homophobic. Brother Ali
mengatakan bahwa sikap-sikap itu bukan bagian dari hip hop maupun Islam.
“Ketiga sikap itu berasal dari kelemahan dan rasa tidak aman
dari dalam diri manusia,” ujarnya, menambahkan bahwa ia telah mengatasi
semua perasaan tersebut dalam dirinya.
“Di pekerjaan saya yang lama, saya sangat mengabaikan
penderitaan yang dialami oleh kaum gay karena perbedaan yang mereka
miliki,” ujarnya. “Saya menyebut kata ‘faggot’ (sebutan kasar untuk pria
gay) dalam album pertama saya, dan kini saya merasa sangat malu akan
hal itu. Saya memiliki teman-teman gay dan orang-orang gay yang saya
teladani.”
Single pertama dalam album terbaru Brother Ali adalah tentang
ekstasi domestik – kepuasannya ketika berada di rumah bersama istri dan
anak-anaknya.
“Dalam setiap album, saya mencoba untuk berbicara tentang
banyak hal penting bagi saya yang bagus dan mencoba bersikap tulus dan
apa adanya,” ujar Brother Ali.
Lagu “Us” dapat diartikan sebagai fantasi tentang membalas
tetangga yang nakal dengan mencuri dan menjual obat-obatan miliknya.
Atau bisa juga tentang kehidupan masa lalu Brother Ali sendiri.
“Hip hop, baik musik maupun liriknya, selalu bersifat keras
dan agresif,” ujar Jay Smooth, pembawa acara radio hip hop di New York.
Ia adalah penggemar lama Brother Ali. Keduanya juga merupakan teman
baik.
“Brother Ali adalah salah satu artis yang
memperlihatkan bahwa kehidupan berkeluarga sehari-hari juga bisa menjadi
sangat menarik,” ujar Smooth.
Smooth mengatakan bahwa menceritakan kebenaran mendatangkan
rasa hormat terhadap musik Brother Ali. Ketika ia berima tentang
kecanduan obat-obatan – sebelum ia menjadi muallaf – maka itu adalah
tentang kebosanan luar biasa dari berdiri di sudut jalan selama
berjam-jam, bukan tentang kehidupan hura-hura yang glamor.
“Semua hal dalam Islam adalah sebuah tindakan pemujaan – semua
hal baik, murni, dan asli yang kau lakukan adalah sebuah tindakan
pemujaan,” ujar Brother Ali. “Saya percaya menjadi seorang artis terbaik
adalah dengan menjadi artis yang terjujur. Jika saya tidak menunjukkan
sisi buruk dari diri saya, maka saya seperti menahan diri dari karya
seni saya.”
Brother Ali mengatakan bahwa musiknya mencerminkan perkembangannya
dalam menempuh perjalanan spiritual. Dan mungkin ia masih mendalami
keyakinannya./suaramed
Tidak ada komentar:
Posting Komentar